Investor Was-Was dengan Inflasi AS, Harga Emas Makin Lemas

PT Kontakperkasa Futures – Harga emas diperkirakan akan mengalami penurunan mendekati pengumuman data inflasi Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Senin (7/8/2023), harga emas ditutup di posisi US$ 1.936,39 per troy ons atau mengalami pelemahan sebesar 0,30%. Penurunan ini berbeda dengan penguatan sebesar 0,41% yang terjadi pada perdagangan Jumat pekan lalu. Saat ini, harga emas bergerak di level terendah dalam tiga pekan.

Namun, sang logam mulia mulai menunjukkan sedikit pemulihan pada pagi hari ini. Pada perdagangan Selasa (8/8/2023) pukul 06:18 WIB, harga emas di pasar spot berada di posisi US$ 1.936,75, mengalami kenaikan sebesar 0,02%.

Pelemahan harga emas disebabkan oleh meningkatnya imbal hasil surat utang pemerintah AS. Imbal hasil surat utang pemerintah AS dengan tenor 10 tahun saat ini berada di kisaran 4%, mencapai level tertinggi sejak November 2022. Hal ini membuat emas kalah bersaing karena logam mulia tidak menawarkan imbal hasil seperti surat utang.

Kenaikan imbal hasil surat utang ini menjadi pertanda bahwa pasar kini mengharapkan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan menaikkan suku bunga pada bulan September mendatang. Pada pekan lalu, AS mengumumkan rasio pengangguran yang turun menjadi 3,5% pada bulan Juli, dari 3,6% pada bulan Juni. Meskipun demikian, tambahan 187.000 pekerja pada bulan lalu menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi yang kuat. Hal ini akan mendorong The Fed untuk mengambil langkah menaikkan suku bunga sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan inflasi.

Selanjutnya, AS akan merilis data inflasi untuk bulan Juli dan klaim pengangguran pada Kamis pekan ini. Data sentimen konsumen dan indeks harga produsen (PPI) juga akan dirilis pada hari Jumat. Data inflasi AS dan data tenaga kerja akan menjadi perhatian utama karena keduanya menjadi pertimbangan utama bagi The Federal Reserve (The Fed).

Para pelaku pasar akan terus memantau data-data tersebut untuk memastikan keadaan ekonomi AS. Jika inflasi terus melandai, harapan akan adanya pelonggaran kebijakan dari The Fed pada bulan September dapat meningkat. Namun, jika data menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat, maka kemungkinan The Fed akan tetap pada rencananya untuk menaikkan suku bunga.

“Pelaku pasar masih melihat data tenaga kerja sangat ketat. Tingkat pengangguran memang menurun tetapi tidak cukup lemah untuk menunjukkan pasar tenaga kerja AS mengalami perlambatan,” ungkap analis UBS, Giovanni Staunovo, kepada Reuters.

Analis dari IG, Yeap Jun Rong, juga menyatakan bahwa pelaku pasar sedang menunggu data inflasi untuk memastikan apakah ekonomi AS benar-benar melandai atau tidak. Pergerakan harga emas selanjutnya akan sangat bergantung pada keputusan dan sikap The Federal Reserve (The Fed) setelah melihat data-data ekonomi tersebut. – PT Kontakperkasa Futures