Kontakperkasa Futures – Harga emas di pasar spot mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Rabu (6/9/2023), mencapai posisi US$ 1916,28 WIB per troy ons, menandai penurunan sebesar 0,5%. Ini merupakan posisi penutupan terendah sejak 25 Agustus 2023, dalam tujuh hari perdagangan terakhir.
Pelemahan ini menambahkan kekhawatiran pada tren negatif emas, yang sudah melemah dalam empat hari perdagangan sebelumnya, sehingga dalam lima hari terakhir, harga emas mengalami penurunan sebesar 1,34%.
Pendorong utama di balik penurunan harga emas adalah penguatan indeks dolar, yang mencapai puncaknya di level 104,85 pada hari sebelumnya, posisi tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Meskipun harga emas sedikit membaik pada hari berikutnya, pada perdagangan Kamis (7/9/2023) pukul 06:00 WIB, dengan kenaikan sebesar 0,07% menjadi US$ 1.917,58 per troy ons, tetapi kekhawatiran tetap menghantui pemilik emas.
Penurunan harga emas secara signifikan disebabkan oleh kuatnya laju ekonomi AS. AS melaporkan peningkatan aktivitas bisnis non-manufaktur dengan ISM Services PMI mencapai 54,5 pada bulan Agustus, melampaui angka 52,7 pada bulan Juli dan melebihi ekspektasi pasar sebesar 52,5. Selain itu, ISM Services Prices juga mengalami kenaikan menjadi 58,9 pada bulan Agustus dari 56,8 pada bulan Juli, menunjukkan peningkatan signifikan dalam biaya layanan.
Data ekspor dan impor AS juga memberikan sinyal kuat akan ekonomi yang masih panas. Ekspor AS meningkat menjadi US$ 251,6 miliar pada bulan Agustus 2023 dari US$ 247,5 miliar, sementara impor naik menjadi US$ 316,7 miliar dari US$ 313 miliar pada bulan Juli. Kenaikan impor ini mengindikasikan permintaan yang kuat, yang berarti inflasi masih memiliki potensi untuk menguat.
Kedua data terbaru ini menggugah harapan pelaku pasar bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan tetap menjalankan kebijakan hawkishnya. Dampaknya, dolar AS meroket dan imbal hasil US Treasury meningkat.
Indeks dolar mencapai level 104,86, mencatat posisi tertinggi sejak 9 Maret 2023, sedangkan imbal hasil US Treasury 10 tahun melonjak hingga mencapai 4,29%, posisi tertinggi sejak 22 Agustus lalu.
Kabar ini datang setelah lonjakan harga minyak pada Selasa, yang kembali memunculkan kekhawatiran tentang potensi kenaikan inflasi di AS.
Penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury membuat investasi emas semakin tidak menarik, karena dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal untuk dibeli, sementara emas sendiri tidak memberikan imbal hasil. Kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS juga membuat emas kehilangan daya tariknya bagi investor.
“Meskipun pergerakan harga emas belum terlalu dramatis, pelaku pasar masih menunggu tindakan The Fed serta perkembangan ekonomi global. Apakah kondisinya akan memburuk atau membaik?” kata Chris Gaffney, presiden EverBank World Markets.
Pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada 19-20 September mendatang akan menjadi sorotan utama. Gubernur Fed, Christopher Waller, telah menyatakan bahwa The Fed akan menilai semua data untuk menentukan kebijakan suku bunga. Menurut perangkat CME Fedwatch, 93% investor yakin bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% dalam pertemuan September, sementara 7% memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps.
Edward Gardner, seorang analis komoditas dari Capital Economics, mengatakan, “Pergerakan harga emas ke depan akan sangat tergantung pada tindakan The Fed dan perkembangan ekonomi China, terutama dalam hal emas perhiasan.”
Pemilik Emas Merana: Harga Emas Turun 1% dalam Tren Negatif
Harga emas di pasar spot mengalami penurunan yang signifikan pada perdagangan Rabu (6/9/2023), dengan penutupan pada posisi US$ 1916,28 WIB per troy ons, mengalami penurunan sebesar 0,5%. Ini merupakan penutupan terendah sejak 25 Agustus 2023, dalam tujuh hari perdagangan terakhir.
Tren negatif harga emas berlanjut, dengan emas melemah selama empat hari perdagangan sebelumnya, sehingga dalam lima hari terakhir, harga emas telah merosot sebesar 1,34%.
Pendorong utama dari penurunan harga emas adalah penguatan indeks dolar, yang mencapai puncaknya pada level 104,85 pada hari sebelumnya, posisi tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Meskipun terjadi sedikit pemulihan pada harga emas pada hari berikutnya, pada perdagangan Kamis (7/9/2023) pukul 06:00 WIB, dengan kenaikan sebesar 0,07% menjadi US$ 1.917,58 per troy ons, tetapi pemilik emas tetap merasa cemas.
Penurunan harga emas yang tajam ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat di AS. AS melaporkan peningkatan aktivitas bisnis non-manufaktur dengan ISM Services PMI yang mencapai angka 54,5 pada bulan Agustus, melampaui angka 52,7 pada bulan Juli dan melebihi ekspektasi pasar sebesar 52,5. Selain itu, ISM Services Prices juga mengalami kenaikan menjadi 58,9 pada bulan Agustus dari 56,8 pada bulan Juli, menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam biaya layanan.
Data ekspor dan impor AS juga memberikan sinyal yang kuat tentang ekonomi yang masih tumbuh. Ekspor AS meningkat menjadi US$ 251,6 miliar pada bulan Agustus 2023 dari US$ 247,5 miliar, sementara impor naik menjadi US$ 316,7 miliar dari US$ 313 miliar pada bulan Juli. Kenaikan impor ini mengindikasikan permintaan yang kuat, yang berarti inflasi masih memiliki potensi untuk meningkat.
Kedua data terbaru ini memperkuat keyakinan pelaku pasar bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan tetap menjalankan kebijakan yang ketat. Dampaknya, dolar AS meroket dan imbal hasil US Treasury meningkat.
Indeks dolar mencapai level 104,86, mencatat posisi tertinggi sejak 9 Maret 2023, sementara imbal hasil US Treasury 10 tahun melonjak hingga mencapai 4,29%, posisi tertinggi sejak 22 Agustus lalu.
Kabar ini datang setelah lonjakan harga minyak pada Selasa, yang kembali memunculkan kekhawatiran tentang potensi kenaikan inflasi di AS.
Penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil US Treasury membuat investasi emas semakin tidak menarik, karena dolar yang lebih kuat membuat emas lebih mahal untuk dibeli, sementara emas sendiri tidak memberikan imbal hasil. Kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS juga membuat emas kehilangan daya tariknya bagi investor.
Chris Gaffney, presiden EverBank World Markets, mengatakan, “Meskipun pergerakan harga emas belum terlalu dramatis, pelaku pasar masih menunggu tindakan The Fed serta perkembangan ekonomi global. Apakah kondisinya akan memburuk atau membaik?”
Pertemuan The Fed yang dijadwalkan pada 19-20 September mendatang akan menjadi sorotan utama. Gubernur Fed, Christopher Waller, telah menyatakan bahwa The Fed akan menilai semua data untuk menentukan kebijakan suku bunga. Menurut perangkat CME Fedwatch, 93% investor yakin bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% dalam pertemuan September, sementara 7% memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps.
Edward Gardner, seorang analis komoditas dari Capital Economics, mengatakan, “Pergerakan harga emas ke depan akan sangat tergantung pada tindakan The Fed dan perkembangan ekonomi China, terutama dalam hal emas perhiasan.” – Kontakperkasa Futures
Sumber : cnbcindonesia.com
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me. https://www.binance.com/ar-BH/register?ref=V2H9AFPY
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me? https://accounts.binance.com/es-MX/register?ref=JHQQKNKN
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!