Harga Emas Terus Ambruk selama 9 Hari, Catat Rekor Terburuk dalam Sejarah

PT Kontakperkasa Futures

PT KP Press – Harga emas terus mengalami penurunan yang signifikan, mencatat rekor terburuk sepanjang sejarahnya. Pada perdagangan Kamis (5/10/2023), harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.820,01 per troy ons, mengalami penurunan sebesar 0,06%. Harga ini merupakan yang terendah sejak 8 Maret 2023, hampir tujuh bulan terakhir. Dengan demikian, harga emas telah merosot selama sembilan hari berturut-turut dengan pelemahan mencapai 5,45%.

Pelemahan beruntun selama sembilan hari ini belum pernah tercatat dalam data Refinitiv sejak November 2003. Sebagai perbandingan, pelemahan terburuk sebelumnya adalah delapan hari beruntun pada periode 27 September hingga 7 Oktober 2016.

Dalam rentang tahun 2003 hingga 2022, emas juga jarang mengalami pelemahan lebih dari tujuh hari berturut-turut. Salah satu contoh pelemahan selama tujuh hari berturut-turut terjadi pada pertengahan Agustus 2016 dan November 2013.

Namun, pada perdagangan Jumat (6/10/2023), harga emas mengalami sedikit pemulihan, dengan mencapai US$ 1822,15 per troy ons, menguat sebesar 0,12%. Pemulihan ini terjadi setelah imbal hasil surat utang pemerintah AS dan nilai dolar AS mengalami penurunan.

Indeks dolar telah mengalami penurunan ke 106,3 dari 107 pada pekan sebelumnya, meskipun tetap berada di kisaran level tertingginya sejak November 2022, yaitu dalam 10 bulan terakhir.

Sementara itu, imbal hasil surat utang AS (US Treasury) juga mengalami penurunan menjadi 4,72% dari angka 4,8% pada pekan sebelumnya. Walaupun mengalami penurunan, imbal hasil masih berada di level tertinggi dalam 16 tahun terakhir, sejak Juli 2007.

Para pelaku pasar memperhatikan dengan cermat perkembangan ini. Perangkat FedWatch Tool mencatat bahwa sekitar 21,6% dari pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan November mendatang. Angka ini mengalami penurunan dari sebelumnya yang mencapai 30%.

Data tenaga kerja AS juga menjadi salah satu faktor yang menjadi perhatian para pelaku pasar emas. Data pengajuan awal tunjangan pengangguran yang mencapai 207.000 pada pekan yang berakhir pada 30 September, naik hanya 2.000 dari periode sebelumnya dan berada di bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 210.000.

Selain itu, dua data tenaga kerja penting lainnya akan dirilis dalam waktu dekat, yaitu tingkat pengangguran dan non-farm payrolls untuk bulan September 2023. Tingkat pengangguran AS pada bulan Agustus 2023 mencapai 3,8%, dan pelaku pasar memperkirakan akan tetap berada di angka tersebut pada bulan September ini. Sementara itu, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls diharapkan hanya akan naik sebanyak 150.000 pada bulan September 2023, turun dari 170.000 pada bulan Agustus.

Kedua data ini sangat penting dalam menentukan kebijakan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Jika kedua data tersebut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih kuat, The Fed diperkirakan akan tetap mempertahankan kebijakan hawkish-nya, mengingat sulitnya mengendalikan inflasi jika pasar tenaga kerja tetap kuat.

Analis TD Securities, Bart Melek, menekankan bahwa ekspektasi terkait kebijakan suku bunga The Fed akan menjadi fokus utama investor dan trader emas. Dia juga mencatat bahwa emas kehilangan posisinya sebagai aset yang biasa digunakan untuk melindungi diri dari inflasi, terutama dalam konteks ekspektasi kenaikan suku bunga yang tinggi. – PT KP Press

Sumber : cnbcindonesia.com