Harga Emas Membaik Setelah Lonjakan Pada Data Tenaga Kerja AS

PT KP Press – Harga emas, yang sebelumnya mengalami penurunan, kembali menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pada perdagangan Kamis, 2 November 2023, harga emas di pasar spot ditutup pada posisi US$ 1.985,51 per troy ons, mengalami kenaikan sebesar 0,17%. Ini menjadi kabar baik bagi para pemilik emas setelah sehari sebelumnya mengalami pelemahan sebesar 0,02%.

Namun, pada perdagangan Jumat, 3 November 2023, harga emas kembali mengalami sedikit pelemahan, dengan harga berada di posisi US$ 1.984,49 atau turun 0,05%.

Analis dari RJO Futures, Bob Haberkorn, menjelaskan bahwa kenaikan harga emas kemarin didukung oleh data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) serta melemahnya dolar AS dan imbal hasil US Treasury.

Pada Kamis, AS melaporkan klaim pengangguran naik sebanyak 5.000 menjadi 217 ribu pada pekan yang berakhir pada 28 Oktober. Angka ini melebihi ekspektasi pasar yang sebelumnya mencapai 210.000.

Sementara itu, imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun terus mengalami penurunan hingga mencapai posisi 4,66% pada Kamis. Ini merupakan level terendah dalam 13 hari perdagangan terakhir sejak 13 Oktober 2023. Sebelumnya, imbal hasil US Treasury sempat melonjak hingga mencapai 5% pada akhir Oktober, yang merupakan rekor tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Pada saat yang sama, indeks dolar AS juga mengalami penurunan, turun ke 106,14 pada hari tersebut dari 106,88 pada hari sebelumnya.

Penurunan imbal hasil US Treasury dan indeks dolar AS ini terjadi karena pelaku pasar semakin optimis bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera mengakhiri siklus bunga tinggi.

Hari ini, AS akan mengumumkan dua data tenaga kerja penting, yakni tingkat pengangguran dan non-farm payrolls untuk Oktober 2023. Sebagai catatan, sektor tenaga kerja AS menjadi sorotan tajam pada Oktober lalu karena demo besar-besaran yang dilakukan ribuan pekerja di sektor otomotif, hiburan, dan kesehatan.

Data Tenaga Kerja AS mencatat bahwa sekitar 48.100 pekerja melakukan demo pada bulan Oktober, merupakan angka tertinggi sejak Februari 2004 atau 19 tahun lalu.

Para pelaku pasar memperkirakan data tenaga kerja AS tetap solid untuk bulan Oktober ini, dengan tingkat pengangguran yang diperkirakan akan bertahan di 3,8%, seperti pada bulan September. Selain itu, diharapkan akan ada penambahan tenaga kerja dari sektor non-pertanian (non-farm payrolls) pada Oktober, mengingat penambahan lapangan kerja non-farm payrolls pada bulan September mencapai 336.000.

Data tenaga kerja AS menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Jika data tenaga kerja AS tetap kuat, maka inflasi diproyeksikan akan sulit turun, dan The Fed mungkin akan melanjutkan kebijakan hawkishnya, yang dapat berdampak negatif pada harga emas.

Namun, jika tingkat pengangguran naik, ada harapan bahwa The Fed akan mengurangi kebijakan hawkishnya. Kebijakan hawkish cenderung membuat dolar AS menguat dan imbal hasil US Treasury AS naik. Dua faktor ini membuat emas menjadi kurang menarik karena menjadi lebih sulit untuk dibeli, dan emas juga tidak dapat menawarkan imbal hasil yang seamaikan dengan imbal hasil US Treasury.

Haberkorn juga menekankan bahwa harga emas saat ini sangat dipengaruhi oleh risiko geopolitik. Jika konflik seperti perang Israel-Hamas terus berkembang, ini dapat menguntungkan emas sebagai aset safe haven. – PT KP Press

Sumber : cnbcindonesia.com