PT Kontakperkasa Futures – Harga emas di pasar spot membuka perdagangan pagi ini dengan kenaikan, berupaya melanjutkan tren positif dari sesi perdagangan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh aksi pembelian kembali investor emas yang merespon penurunan harga pada pekan sebelumnya, sambil menantikan data inflasi indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika Serikat (AS) periode November 2023.
Pada perdagangan Senin (18/12/2023), harga emas di pasar spot berhasil mencatat kenaikan sebesar 0,44%, menutup pada level US$ 2026,99 per troy ons.
Hingga pukul 06.00 WIB pada Selasa (19/12/2023), harga emas di pasar spot terus menunjukkan kenaikan sebesar 0,03%, mencapai posisi US$ 2027,52 per troy ons.
Penguatan harga emas pada hari Senin terjadi karena investor emas memanfaatkan penurunan harga pada Jumat pekan lalu dengan melakukan pembelian emas batangan. Fokus investor juga beralih ke data inflasi PCE AS untuk mendapatkan sinyal mengenai kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) setelah kecenderungan dovish baru-baru ini.
Diketahui, tingkat inflasi PCE tahunan di AS mengalami penurunan menjadi 3% pada Oktober 2023, mencapai level terendah sejak Maret 2021, dari 3,4% pada September 2023, dan sesuai dengan perkiraan.
Jim Wyckoff, seorang analis senior di Kitco Metals, mengungkapkan, “Pasar berada dalam mode jeda menunggu data atau berita ekonomi fundamental utama berikutnya, namun ini adalah mentalitas buy-the-dip di kalangan pedagang emas dengan postur teknis bullish,” seperti dilansir dari Reuters.
Faktor-faktor mendasar yang mendukung keberlanjutan pasar emas mencakup melemahnya dolar AS, kebijakan moneter yang lebih longgar, dan permintaan safe-haven yang meningkat akibat ketegangan di Timur Tengah.
Pada pekan lalu, The Fed mempertahankan suku bunga tanpa perubahan dan menunjukkan bahwa kemungkinan pengetatan kebijakan moneter bersejarah akan berakhir karena inflasi turun lebih cepat dari perkiraan.
Meski demikian, Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menegaskan bahwa bank sentral AS tidak berkomitmen untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Pelaku pasar memproyeksikan peluang 69% penurunan suku bunga The Fed pada bulan Maret 2024, menurut alat CME FedWatch.
Penurunan imbal hasil obligasi dan suku bunga yang lebih rendah turut mengurangi biaya kesempatan memegang emas.
Imbal hasil Treasury AS 10 tahun berada di dekat level terendah sejak Juli. Pada Senin (18/12/2023), imbal hasil Treasury AS 10 tahun turun sebesar 2,55% ke level 3,93%.
Pelaku pasar kini menantikan serangkaian data ekonomi AS, termasuk laporan PCE inti bulan November pada Jumat mendatang.
Tren penurunan suku bunga AS sering disertai dengan pergerakan bullish yang lebih kuat pada emas. Asimetris ini mungkin berlanjut, menguntungkan emas, terutama pada semester pertama tahun depan, dengan harga yang bisa mencapai rata-rata US$2,050 per troy ons pada tahun 2024, seperti yang diprediksi oleh Intesa Sanpaolo dalam catatannya.
Harga emas terus menunjukkan sensitivitasnya terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan menguatkan dolar dan imbal hasil Treasury AS, mengurangi daya beli emas. Namun, suku bunga yang lebih rendah dapat membuat emas lebih menarik untuk dikoleksi, dengan mengurangi biaya kesempatan memegang emas. – PT Kontakperkasa Futures
Sumber : cnbcindonesia.com