PT KP Press – Perdagangan emas diawali dengan penguatan, namun kembali tersungkur pada perdagangan Kamis lalu, dipicu oleh menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) menyusul data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Pada penutupan perdagangan tersebut, harga emas di pasar spot mengalami pelemahan sebesar 0,62% menjadi US$ 2.161,01 per troy ons. Meskipun begitu, pada Jumat pagi, harga emas kembali bergerak naik tipis sebesar 0,02% ke posisi US$ 2.161,31 per troy ons.
Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga produsen (PPI) AS di bulan Februari yang ternyata lebih besar dari perkiraan. Hal ini mengurangi ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed). Dampaknya, imbal hasil Treasury dan nilai dolar AS pun meningkat. Indeks dolar naik mencapai 103,36, meninggalkan level psikologis 102. Kenaikan nilai dolar terhadap mata uang pesaingnya membuat investasi emas menjadi kurang menarik, sementara imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam lebih dari satu minggu, mencapai 4,29%.
Chris Gaffney, presiden pasar dunia di EverBank, mengatakan, “Saya memperkirakan akan melihat tekanan berkelanjutan pada emas, dengan semua data menunjukkan perekonomian AS yang kuat dan pasar tenaga kerja yang masih stabil. Hal ini benar-benar membuat investor mempertanyakan seberapa cepat The Fed akan memutuskan untuk mulai menurunkan suku bunganya.”
Di sisi lain, harga produsen (PPI) AS mengalami kenaikan sebesar 0,6% pada bulan Februari, terutama dipicu oleh lonjakan harga barang seperti bensin dan makanan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi kenaikan inflasi di masa mendatang. Meskipun demikian, data Indeks Harga Konsumen (CPI) menunjukkan kenaikan sebesar 3,2% pada bulan yang sama, yang sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1%, namun tetap lebih tinggi dari angka pada bulan sebelumnya.
Inflasi yang lebih tinggi menambah tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, yang pada akhirnya akan membebani aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas. Para pelaku pasar sendiri terus bertaruh pada penurunan suku bunga pada bulan Juni, meskipun peluangnya telah turun menjadi sekitar 60% dari sebelumnya 72%.
Secara umum, harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS cenderung membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat, sehingga membuat investasi emas menjadi kurang menarik. Namun, kebalikannya juga berlaku; suku bunga yang lebih rendah akan melemahkan dolar AS dan imbal hasil US Treasury, yang pada gilirannya akan membuat emas menjadi lebih menarik bagi para investor.
Dalam konteks ini, emas tetap dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang tinggi. Hal ini membuatnya tetap menarik sebagai pilihan investasi bagi sebagian besar investor, terutama dalam jangka panjang. Meskipun saat ini terjadi fluktuasi harga akibat berbagai faktor eksternal, fundamental emas sebagai aset lindung nilai tetap dipertahankan. – PT KP Press
Sumber : cnbcindonesia.com