PT Kontakperkasa – Harga emas perlahan mulai membaik, meskipun ketegangan tentang kemungkinan resesi dan sikap “wait and see” dari pelaku pasar yang menantikan data inflasi Amerika Serikat (AS) masih menghantui. Pada hari Senin (11/9/2023), harga emas di pasar spot ditutup pada level US$ 1.921,66 per troy ons, mengalami kenaikan sebesar 0,20%.
Penguatan ini berhasil mengakhiri tren negatif yang terjadi pada Jumat pekan sebelumnya. Namun, pada hari Selasa (12/9/2023) pukul 06:38 WIB, harga emas kembali melemah sebesar 0,02% menjadi US$ 1.921,26 per troy ons.
Menurut analis dari Bank of China International, Xiao Fu, kenaikan harga emas ini terjadi karena kekhawatiran akan resesi di Jerman dan perlambatan ekonomi di Eropa. Emas dikenal sebagai aset aman yang dicari oleh para investor dalam situasi ketidakpastian ekonomi.
Pendapat serupa juga datang dari analis Kinesis Money Market, Rupert Rowling, yang mengatakan bahwa risiko resesi dapat membantu mendorong harga emas lebih tinggi.
Komisi Eropa sendiri memproyeksikan bahwa ekonomi Jerman akan mengalami kontraksi sebesar 0,4% pada tahun ini, menjadikannya satu-satunya negara di Eropa yang akan mengalami kontraksi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Jerman pada tahun depan juga diperkirakan hanya sekitar 1,1%, yang lebih rendah dari proyeksi awal sebesar 1,14%.
Rupert Rowling menambahkan, “Prospek kenaikan harga emas akan sangat tergantung pada sejauh mana risiko resesi dapat dicegah.”
Selain isu resesi, para pelaku pasar emas juga tengah menantikan pengumuman tingkat inflasi AS untuk bulan Agustus yang akan dirilis pada Rabu (13/9/2023). Berdasarkan data Trading Economic, inflasi umum diperkirakan akan melonjak menjadi 3,6% secara tahunan pada Agustus 2023, naik dari 3,2% pada bulan sebelumnya.
Apabila inflasi umum benar-benar naik sesuai perkiraan ini, maka ini akan menjadi kenaikan kedua setelah mencapai titik terendah 3% pada bulan Juni lalu. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan akan melandai menjadi 4,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 4,7%. Meskipun melandai, inflasi umum dan inti masih jauh dari target bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang berada di sekitar 2%.
Kenaikan inflasi yang lebih tinggi dari yang diharapkan oleh pasar dapat membuat harapan pelaku pasar atas pelonggaran suku bunga semakin menjauh. Namun, mencapai target inflasi tersebut tampaknya masih sulit untuk dilakukan oleh The Fed tahun ini, terutama mengingat harga minyak mentah global yang terus naik akibat keterbatasan pasokan minyak. Harga minyak sempat mencapai level US$ 90 per barel pekan lalu, dan kenaikan harga minyak ini dapat menyebabkan inflasi AS melonjak kembali. – PT Kontakperkasa
Sumber : cnbcindonesia.com
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
You completed several nice points there. I did a search on the subject and found a good number of folks will agree with your blog.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.