PT Kontakperkasa Futures – Harga emas merosot ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir, terpukul oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang tetap kuat. Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (2/10/2023), harga emas di pasar spot ditutup pada posisi US$ 1.827,40 per troy ons, mengalami penurunan sebesar 1,13%. Ini adalah level terendah sejak 8 Maret 2023, hampir tujuh bulan terakhir.
Ambruknya harga emas mencatatkan penurunan selama enam hari perdagangan terakhir, dengan penurunan sebesar 5,07%. Pada perdagangan hari Selasa (3/10/2023) pukul 08:18 WIB, harga emas berada di posisi US$ 1.822,79 per troy ons, turun 0,25%.
Penurunan harga emas ini disebabkan oleh keyakinan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) AS akan tetap mempertahankan kebijakan yang ketat. Perangkat FedWatch Tool mencatat bahwa sekitar 28,8% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada bulan November mendatang, angka ini meningkat dari 14% pekan sebelumnya.
Keyakinan ini semakin kuat setelah data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi panas. Data ISM Manufacturing PMI pada bulan September 2023 mencapai angka 49, lebih tinggi daripada angka 47,6 pada bulan Agustus dan melebihi konsensus pasar yang mencapai 47,8. Data ISM Manufacturing dari S&P Global juga menunjukkan peningkatan, dengan angka 49,8 pada bulan September dibandingkan dengan 47,9 pada bulan Agustus. Meskipun PMI Manufacturing belum mencapai tingkat ekspansi, namun angkanya terus meningkat karena permintaan yang masih kuat.
Semua ini menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap kuat, dan hal ini membuat kemungkinan melandainya inflasi menjadi semakin sulit. Pejabat The Fed juga terus menyuarakan pandangan hawkish, dengan Gubernur The Fed Michelle Bowman yang mengatakan bahwa dia akan mendukung kenaikan suku bunga jika data menunjukkan inflasi melandai sangat lambat.
Akibat dari ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed ini, dolar AS dan imbal hasil US Treasury mengalami kenaikan. Indeks dolar masih berada di kisaran 106, mencapai level tertinggi sejak November 2022 dalam 10 bulan terakhir. Imbal hasil pada US Treasury juga melonjak ke kisaran 4,6%, mencapai posisi tertinggi sejak Oktober 2007, atau dalam 16 tahun terakhir.
Penguatan dolar AS membuat harga emas semakin mahal untuk dibeli, dan logam mulia ini juga tidak menawarkan imbal hasil, sehingga tidak menarik bagi para investor saat imbal hasil US Treasury naik.
Carlo Alberto De Casa, seorang analis dari Kinesis Money, menyatakan bahwa satu-satunya faktor yang membuat harga emas terus merosot adalah fakta bahwa pasar semakin menyadari bahwa The Fed tidak akan melonggarkan kebijakan moneter. Dia menambahkan bahwa harga emas kemungkinan akan tetap tertekan dalam jangka pendek dan bisa turun hingga mencapai level US$ 1.800.
Selain itu, penurunan pembelian emas oleh bank sentral juga menjadi salah satu alasan harga emas sulit untuk naik. Data menunjukkan bahwa bank sentral global telah mengurangi pembelian emas mereka sejak Januari hingga Juli 2023, dan tren ini diproyeksikan akan berlanjut pada Agustus 2023. Pada bulan Juli 2023, bank sentral global hanya menambah cadangan emas mereka sebanyak 55 ton dalam satu bulan.
Marios Hadjikyriacos, seorang analis dari XM, mengungkapkan bahwa penurunan pembelian emas oleh bank sentral, terutama seiring dengan kenaikan imbal hasil US Treasury, telah berkontribusi pada penurunan harga emas. – PT Kontakperkasa Futures
Sumber : cnbcindonesia.com