PT Kontakperkasa Futures – Harga emas mengalami lonjakan tajam seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah perang antara Israel dan Hamas meletus pada akhir pekan lalu. Namun, kenaikan harga emas ini bisa terancam jika inflasi di Amerika Serikat (AS) tetap tinggi.
Pada awal pekan ini, Senin (9/10/2023), harga emas di pasar spot mencapai US$ 1.847,98 per troy ons, meningkat sebesar 0,9%. Ini adalah level tertinggi sejak 29 September 2023, menunjukkan bahwa emas terus menguat setelah melonjak sebesar 0,67% pada akhir pekan sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, harga emas telah naik sebanyak 1,54%.
Lonjakan harga emas dipicu oleh meletusnya perang antara Hamas dan Israel, serta adanya aksi pembelian emas sebagai aset aman ketika ketidakpastian global meningkat dan ketegangan geopolitik, seperti perang, terjadi.
Perang antara Palestina dan Hamas pada pekan lalu telah meningkatkan eskalasi konflik di Jalur Gaza antara Hamas dan Israel. Serangan balasan dari kedua belah pihak terus berlanjut hingga Minggu (8/10/2023), setelah Hamas pertama kali menyerang Israel pada Sabtu (7/10/2023). Kelompok Militan Hizbullah Lebanon juga memberikan dukungan kepada Hamas dengan melakukan serangan roket dan artileri terhadap Israel pada hari yang sama.
Menurut laporan Aljazeera, serangkaian serangan ini telah menelan korban jiwa, dengan sekitar 600 warga Israel tewas dan 313 warga Palestina tewas, serta 1.990 orang lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel terhadap target-target Hamas selama dua hari berturut-turut.
Sementara Militer Israel menyatakan telah mengambil kembali kendali atas beberapa wilayah yang disusupi oleh Hamas Palestina, pertempuran masih berlanjut.
Dalam sejarahnya, harga emas selalu cenderung naik ketika terjadi perang atau ketegangan politik global. Contohnya, pada tahun sebelumnya, harga emas mencapai level US$ 2.000 per troy ons setelah perang Rusia-Ukraina meletus.
Analis Ole Hansen menjelaskan bahwa kenaikan harga emas juga didukung oleh aksi pembelian emas setelah pasar merasa jenuh ketika harga emas mengalami penurunan selama sembilan hari berturut-turut dari 22 September hingga 5 Oktober 2023.
Hansen mengingatkan bahwa pergerakan harga emas ke depan masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga. Sementara itu, pasar sedang menantikan data inflasi AS untuk bulan September 2023 yang akan diumumkan pada Rabu (11/10/2023). Data ini akan menjadi acuan bagi bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), dalam menentukan kebijakan. Pada Agustus 2023, tingkat inflasi AS mencapai 3,7% (year on year), dan jika inflasi tetap tinggi, harapan pasar terhadap kebijakan yang lebih longgar dari The Fed akan semakin menipis.” – PT Kontakperkasa Futures
Sumber : cnbcindonesia.com