Harga Emas Gagal Mengganas Karena The Fed Masih Buat Was-Was

Kontakperkasa Futures – Harga emas tengah mengalami pelemahan yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut setelah The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat (AS), membuat keputusan yang memengaruhi pasar. Pada hari Rabu, 1 November 2023, harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.982,15 per troy ons, mengalami penurunan sebesar 0,03%. Ini merupakan pelemahan sebesar 1,16% dalam tiga hari terakhir.

Namun, pada hari Kamis, 2 November 2023, harga emas sedikit menguat, mencapai posisi US$ 1.983,78 atau mengalami kenaikan sebesar 0,08%. Apa yang menjadi penyebab pelemahan harga emas?

Menurut analis dari Standard Chartered, Suki Cooper, harga emas melemah karena pelaku pasar masih merasa cemas terhadap sikap “hawkish” The Fed. “Tekanan dari ekonomi makro masih membayangi emas mulai dari inflasi tinggi, suku bunga, hingga kenaikan nilai dolar. Meskipun begitu, emas masih mendapat dukungan dari konflik di Timur Tengah,” ungkap Cooper kepada Reuters.

Praveen Singh, seorang analis dari BNP Paribas, mengungkapkan pandangan serupa, mengatakan bahwa pernyataan The Fed yang menegaskan akan terus mempertimbangkan data ekonomi sebelum membuat keputusan tentang suku bunga telah memberi tekanan pada harga emas. “Meskipun suku bunga tidak mengalami kenaikan, fokus The Fed lebih pada kondisi ekonomi AS,” katanya.

Sejalan dengan ekspektasi pasar, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25-5,50% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Ini menandai kali kedua berturut-turut The Fed memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga. Terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga adalah pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25 Juli 2023. Namun, The Fed tetap memperingatkan bahwa potensi kenaikan suku bunga masih ada, tergantung pada perkembangan data ekonomi.

Chairman The Fed, Jerome Powell, juga menegaskan bahwa The Fed belum membuat keputusan apapun terkait suku bunga untuk pertemuan Desember mendatang, dan semua keputusan akan sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi. “Komite tetap menetapkan target inflasi di kisaran 2%, dan dalam menetapkan kebijakan moneter, komite akan mempertimbangkan dampak kumulatif dari pengetatan moneter, dampak ekonomi, dan perkembangan sektor keuangan,” demikian disampaikan dalam keterangan resmi The Fed.

Powell juga mengakui bahwa upaya untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2% masih jauh dari selesai. Pada September 2023, inflasi AS mencapai 3,7% (yoy), sementara inflasi inti berada di angka 4,1%. “Proses untuk menurunkan inflasi ke kisaran 2% masih jauh dari selesai. Kami akan menentukan kebijakan dari pertemuan ke pertemuan,” ungkap Powell, seperti yang dikutip dari CNBC International.

Selain The Fed, aktivitas manufaktur di berbagai negara Asia juga memberikan tekanan pada harga emas. Indeks PMI manufaktur Indonesia mencapai 51,5, mencapai level terendah dalam lima bulan terakhir. PMI Vietnam turun menjadi 49,6 pada Oktober, dari 49,7 pada September, sementara PMI Thailand turun menjadi 47,5 pada Oktober dari 47,8 pada September.

PMI Manufaktur China juga mengalami kontraksi dengan mencapai 49,5 pada Oktober, turun dari level ekspansif 50,6 pada September. China adalah salah satu konsumen terbesar emas, sehingga perkembangan di negara tersebut memiliki dampak signifikan pada harga emas secara global.

Dengan demikian, harga emas saat ini masih dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kebijakan suku bunga The Fed, perkembangan inflasi, dan aktivitas manufaktur di berbagai negara. Pelaku pasar emas akan terus memantau perkembangan ini untuk mengantisipasi pergerakan harga emas selanjutnya. – Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com