PT Kontakperkasa Futures – Pada Kamis (15/2/2024), harga emas mengalami kenaikan signifikan di pasar spot, menunjukkan kekuatan yang sejalan dengan pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan rendahnya imbal hasil Treasury AS. Penutupan perdagangan hari itu mencatatkan kenaikan sebesar 0,59%, membawa harga emas kembali ke level psikologis US$ 2.000 per troy ons. Hal ini terjadi setelah dua hari sebelumnya harga emas sempat terlempar dari level tersebut.
Hingga pukul 06.25 WIB pada Jumat (16/2/2024), harga emas di pasar spot masih menunjukkan kenaikan sebesar 0,01%, mencapai posisi US$ 2004,23 per troy ons. Penguatan harga emas ini dipicu oleh melemahnya dolar AS dan turunnya imbal hasil Treasury AS, yang terjadi setelah data ekonomi AS mengalami penurunan.
Pasar bereaksi terhadap data ekonomi AS yang mengecewakan, terutama penurunan yang lebih dalam dari perkiraan dalam penjualan ritel pada bulan Januari 2024. Dalam laporan tersebut, penjualan ritel turun 0,8%, jauh lebih buruk dari perkiraan sebesar 0,3% yang diharapkan oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.
Analis logam independen, Tai Wong, berpendapat bahwa kenaikan harga emas juga dipengaruhi oleh momentum angka penjualan ritel yang secara mengejutkan lemah. Hal ini membuat emas melonjak kembali ke atas US$ 2.000. Selain itu, klaim awal tunjangan pengangguran negara yang turun 8.000 menjadi 212.000 penyesuaian musiman juga menciptakan atmosfer yang mendukung kenaikan harga emas.
Indeks dolar mengalami pelemahan sebesar 0,41% mencapai level 104,29 pada Kamis (15/2/2024). Sementara itu, imbal hasil Treasury AS 10 tahun turun ke level 4,23%, membuat emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik bagi pembeli luar negeri.
Chris Gaffney, presiden pasar dunia di EverBank, menyatakan bahwa ekspektasi suku bunga menjadi penggerak utama emas dalam jangka pendek. Meskipun ada risiko emas tetap di bawah tekanan, para pelaku pasar memperkirakan The Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menunggu hingga Juni sebelum menurunkan suku bunga.
Wakil Ketua The Fed untuk Pengawasan, Michael Barr, menyarankan bahwa jalan kembali menuju inflasi 2% “mungkin akan menjadi jalan yang bergelombang.” Sementara itu, Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, memperingatkan agar penurunan suku bunga tidak ditunda terlalu lama.
Fokus pasar kini beralih ke angka indeks harga produsen yang akan dirilis pada hari Jumat. Tiga pejabat Fed lainnya juga dijadwalkan untuk berbicara pada akhir pekan ini. Harga emas tetap sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS, dan keseimbangan ini akan terus menjadi perhatian para pelaku pasar dalam beberapa waktu mendatang. Seiring dengan ekspektasi suku bunga, emas masih akan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi global. – PT Kontakperkasa Futures
Sumber : cnbcindonesia.com