PT KP Press – Harga emas mengalami sedikit kenaikan pada awal perdagangan hari ini, menyusul penurunan yang terjadi pada perdagangan sebelumnya, dengan para pelaku pasar memperhatikan data inflasi yang akan dirilis di Amerika Serikat (AS) dalam pekan ini.
Pada perdagangan Senin (26 Februari 2024), harga emas di pasar spot ditutup melemah sebesar 0,25%, berada di posisi US$ 2030,66 per troy ons. Meskipun demikian, harga emas masih bertahan di kisaran psikologis US$ 2.000 per troy ons setelah sebelumnya sempat turun ke level psikologis US$ 1.900 pada perdagangan tanggal 16 Februari 2024.
Hingga pukul 07:12 WIB pada Selasa (27 Februari 2024), harga emas di pasar spot mengalami kenaikan tipis sebesar 0,05%, berada di posisi US$ 2031,62 per troy ons.
Penurunan harga emas pada perdagangan Senin sebagian besar disebabkan oleh pergeseran fokus pasar ke data inflasi AS yang dijadwalkan akan dirilis dalam minggu ini, yang dapat berdampak pada kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS, yang merupakan ukuran inflasi konsumen di AS, menjadi salah satu pertimbangan utama bagi The Fed dalam menetapkan kebijakan suku bunga. Data PCE dijadwalkan akan dirilis pada hari Kamis waktu AS, dengan perkiraan kenaikan sebesar 0,4% (month to month/mtm).
Menurut Jim Wyckoff, seorang analis senior di Kitco Metal yang diwawancarai oleh Reuters, “Jika data PCE keluar sedikit lebih tinggi dari perkiraan, itu dapat menjadi sinyal negatif untuk logam, meskipun harga emas kemungkinan akan tetap berada dalam kisaran US$ 2.000 per troy ons. Namun, untuk harga emas turun di bawah level tersebut, data ekonomi minggu ini harus cukup menggembirakan.”
Wyckoff juga menambahkan bahwa pasar emas dan perak saat ini mengalami tekanan jual berbasis teknis karena kurangnya berita fundamental baru dan menunggu perkembangan data lebih lanjut.
Beberapa pernyataan terbaru dari pejabat The Fed menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak tergesa-gesa untuk menurunkan suku bunga, yang pada dasarnya memperkuat spekulasi tentang kemungkinan penurunan suku bunga sebelum bulan Juni. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Meskipun demikian, pembacaan inflasi yang lemah tidak akan secara signifikan mengubah situasi pada pertemuan The Fed bulan Maret mendatang. Namun, hal ini dapat memicu perdebatan yang lebih serius di dalam The Fed mengenai waktu yang tepat untuk melakukan pemotongan suku bunga pertama, yang pada akhirnya dapat berdampak positif bagi harga emas.
Harga emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS cenderung menguatkan dolar AS dan imbal hasil dari Surat Utang AS, kondisi ini umumnya tidak menguntungkan bagi harga emas karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar AS, sehingga permintaan terhadap emas menurun. Di sisi lain, emas tidak memberikan imbal hasil, sehingga kenaikan imbal hasil dari Surat Utang AS membuat emas menjadi kurang menarik bagi investor.
Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah dapat melemahkan dolar AS dan imbal hasil dari Surat Utang AS, sehingga mengurangi biaya kesempatan memegang emas. Dalam kondisi ini, emas menjadi lebih menarik sebagai instrumen investasi. – PT KP Press
Sumber : cnbcindonesia.com