Kontakperkasa Futures – Meskipun sempat terkoreksi lebih dari 1% pada perdagangan sebelumnya, harga emas kembali menunjukkan ketahanannya dengan mengawali perdagangan saat ini dalam kondisi menguat. Hal ini menyusul periode stabil selama sembilan hari yang sebelumnya telah terjadi.
Pada perdagangan Rabu (13/3/2024), harga emas di pasar spot berhasil menunjukkan kenaikan sebesar 0,76%, berakhir di posisi US$ 2.174,4 per troy ons. Kondisi ini terus berlanjut hingga awal perdagangan Kamis (14/3/2024), di mana harga emas naik 0,001% menjadi US$ 2.174,42 per troy ons.
Penguatan harga emas pada perdagangan Rabu didukung oleh pelemahan dolar AS. Investor tetap mempertahankan harapan terhadap kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada bulan Juni mendatang, meskipun laporan inflasi AS menunjukkan kenaikan yang signifikan. Sementara itu, ketegangan geopolitik yang meningkat mempertahankan permintaan akan aset safe-haven seperti emas batangan.
Indeks dolar AS turun sebesar 0,16% pada perdagangan Rabu, mencapai level 102,79. Penurunan nilai dolar membuat harga emas menjadi lebih terjangkau bagi pembeli internasional.
Menurut Bob Haberkorn, seorang ahli strategi pasar senior di RJO Futures, kondisi saat ini membawa “solusi win-win” bagi harga emas. Kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed dapat mengakibatkan lonjakan harga emas secara substansial. Di sisi lain, ketidakpastian terhadap inflasi dapat mendorong harga emas lebih tinggi jika suku bunga tetap dipertahankan.
Meskipun pada hari Selasa harga emas mundur dari level rekor yang dicapai minggu sebelumnya, kondisi tersebut hanya mencatatkan penurunan satu hari terburuk sejak 13 Februari. Hal ini terjadi setelah laporan menunjukkan adanya peningkatan harga konsumen AS yang melebihi ekspektasi, menandakan adanya kekakuan dalam inflasi.
Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan memberikan tekanan tambahan pada The Fed untuk menjaga suku bunga tetap tinggi, yang pada gilirannya membebani aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas. Namun, sebagai lindung nilai terhadap inflasi, emas tetap menjadi pilihan bagi sebagian investor.
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, pelaku pasar terus bertaruh pada kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Juni mendatang, meskipun kemungkinan tersebut telah sedikit berkurang setelah data CPI dirilis.
Perkembangan geopolitik, seperti konflik antara Rusia dan Ukraina, serta ketegangan di Timur Tengah antara Israel dan Hamas, juga menjadi faktor yang mempengaruhi harga emas. Emas akan lebih terdukung oleh eskalasi atau perkembangan baru dalam konflik tersebut.
Fokus pasar saat ini tertuju pada data penjualan ritel AS, indeks harga produsen, dan klaim pengangguran awal mingguan, yang semuanya akan dirilis pada hari Kamis waktu AS.
Harga emas tetap sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat, yang tidak menguntungkan bagi harga emas. Namun, suku bunga yang lebih rendah dapat membuat emas menjadi lebih menarik bagi investor, karena mengurangi biaya opportunity dalam memegang emas sebagai investasi. – Kontakperkasa Futures
Sumber : cnbcindonesia.com