Harga Emas Berkisar di Atas US$2.000, Tertekan Antara Optimisme dan Ketidakpastian

PT Kontakperkasa

PT Kontakperkasa Futures – Harga emas mengalami penguatan pada awal perdagangan hari ini, mencoba melanjutkan tren positif pada sesi sebelumnya. Meskipun demikian, keamanan pasar masih belum sepenuhnya terjamin. Pelaku pasar sedang menantikan sinyal terkait penurunan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan menantikan data penting AS yang akan dirilis hari ini.

Pada penutupan perdagangan Selasa (23/1/2024), harga emas di pasar spot mencatat kenaikan sebesar 0,38%, berada di level US$ 2028,69 per troy ons.

Hingga pukul 06.10 WIB Rabu (24/1/2024), harga emas di pasar spot masih bergerak naik, menunjukkan kenaikan sebesar 0,03%, dan berada di posisi US$ 2029,28 per troy ons.

Penguatan harga emas pada Selasa terjadi karena para investor menantikan serangkaian data ekonomi AS yang dijadwalkan rilis pada minggu ini, dengan harapan mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai rencana penurunan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) AS.

Menurut Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, pasar emas saat ini berada di atas level US$2.000 per troy ons dan terlihat netral. “Setiap kali kita mencoba menembus lebih tinggi, kita akan kembali turun,” katanya, menunjukkan adanya ketidakpastian mengenai arah ekonomi di Amerika Serikat.

Fokus pasar pada minggu ini tertuju pada laporan awal PMI AS, perkiraan PDB kuartal keempat, dan data pengeluaran konsumsi pribadi. PMI Manufaktur AS Global S&P diprediksi tidak mengalami perubahan signifikan, tetap berada di zona kontraksi pada angka 47,9.

Pejabat The Fed pekan lalu menyatakan bahwa bank sentral AS membutuhkan lebih banyak data inflasi sebelum membuat keputusan terkait suku bunga. Prediksi pelaku pasar menunjukkan kemungkinan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada level 5,25-5,50% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30-31 Januari.

Meski harga emas mengalami rebound baru-baru ini, Michael Hewson, kepala analis pasar di CMC Markets, mengingatkan bahwa tren ini bisa melemah jika bank sentral terus menekan ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga.

Harga emas sangat responsif terhadap perubahan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat, merugikan emas. Namun, suku bunga yang lebih rendah dapat membuat emas lebih menarik, mengurangi opportunity cost memegang emas.

Sementara itu, India menaikkan bea masuk untuk emas dan perak yang digunakan dalam pembuatan perhiasan, yang dapat menekan permintaan. Ini menjadi faktor tambahan yang mempengaruhi pergerakan harga emas dalam pasar global. – PT Kontakperkasa Futures

Sumber : cnbcindonesia.com