PT Kontakperkasa – Harga emas, yang sempat mencatat rekor tertinggi, kini mengalami penurunan seiring dengan pemulihan dolar Amerika Serikat dari posisi terendahnya dalam 13 bulan terakhir. Pada perdagangan Asia hari Rabu, harga emas turun sedikit, sementara fokus para investor kini tertuju pada data inflasi utama yang akan datang, yang diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga AS.
Spot gold tercatat turun 0,5% menjadi $2.512,88 per ounce, sedangkan kontrak emas berjangka yang akan jatuh tempo pada bulan Desember turun 0,2% menjadi $2.547,60 per ounce pada pukul 11.37 WIB GMT. Sebelumnya, harga emas spot sempat mencapai rekor tertinggi $2.532,05 per ounce minggu lalu. Meskipun mengalami penurunan, emas masih berada di dekat puncaknya bulan ini, didukung oleh ketidakpastian geopolitik yang meningkatkan permintaan akan aset safe haven. Selain itu, prospek suku bunga AS yang lebih rendah turut memberikan sentimen positif bagi harga emas.
Pemulihan dolar, yang menjadi salah satu faktor utama penurunan harga emas, terjadi setelah mata uang tersebut mencapai posisi terendahnya dalam 13 bulan pada awal pekan ini. Namun, pemulihan dolar ini tampaknya terbatas, karena masih ada spekulasi bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga pada bulan September. Komentar dovish dari beberapa pejabat Fed dalam beberapa sesi terakhir juga memperkuat ekspektasi ini. Menurut CME Fedwatch, para pedagang terbagi antara kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin.
Sementara itu, data inflasi AS yang dinanti-nantikan, yakni Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), akan dirilis pada hari Jumat ini. Data ini merupakan pengukur inflasi pilihan Federal Reserve dan diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk mengenai jalur kebijakan suku bunga ke depannya. Suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi sentimen positif bagi emas, karena hal tersebut mengurangi biaya peluang untuk berinvestasi dalam aset yang tidak menghasilkan seperti emas. Gagasan ini juga mendukung aliran investasi ke logam mulia lainnya, meskipun sebagian besar logam mulia lainnya tertinggal dari reli emas selama sebulan terakhir.
Di pasar logam mulia lainnya, kontrak platinum berjangka turun 0,8% menjadi $959,40 per ounce, sementara kontrak perak berjangka turun 0,5% menjadi $30,280 per ounce.
Di sisi lain, harga tembaga, salah satu logam industri utama, juga mengalami penurunan pada hari Rabu. Penurunan ini terjadi setelah reli rebound pada logam merah tersebut mulai mereda, ditambah dengan kekhawatiran baru terkait perlambatan ekonomi di China, yang merupakan importir utama tembaga. Harga tembaga di London Metal Exchange turun 0,6% menjadi $9.370,50 per ton, sementara kontrak tembaga berjangka satu bulan turun 0,7% menjadi $4,2715 per pon.
Harga tembaga sebelumnya sempat naik tajam selama bulan lalu, didorong oleh rebound dari posisi terendah multi-bulan yang dicapai pada bulan Juli. Namun, kekhawatiran mengenai melambatnya permintaan tembaga kembali mencuat minggu ini, terutama setelah Kanada memberlakukan tarif perdagangan yang tinggi pada sektor kendaraan listrik China. Kebijakan ini memicu kemarahan dari pihak Beijing dan menimbulkan kekhawatiran akan perang dagang baru antara China dan negara-negara Barat, yang berpotensi semakin memperburuk pemulihan ekonomi di China serta menekan permintaan terhadap tembaga.
Dengan dinamika pasar yang terus berubah, para investor kini harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat. – PT Kontakperkasa
Sumber : investing.com