Kondisi Ekonomi dan Rupiah Mendatangkan Keikhawatiran bagi Jokowi: Kapan Masalah Ini akan Berakhir?

PT KP Press – Pasar keuangan Indonesia saat ini dalam keadaan genting. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 1,57%, dan nilai tukar rupiah hampir mencapai Rp16.000 per Dolar AS. Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) juga melonjak hingga 7%, mencapai level tertinggi dalam 11 bulan terakhir.

Pada perdagangan kemarin, Senin (23/10/2023), IHSG ditutup dengan penurunan sebesar 1,57% dan berada di posisi 6.741,964. IHSG bahkan turun di bawah level psikologis 6.700 pada pagi hari ini, setelah beberapa hari bertahan di level psikologis 6.800.

Penurunan IHSG ini disebabkan oleh sikap para investor yang “wait and see” sambil memantau proses pendaftaran calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilu 2024. Banyak sentimen negatif dari luar negeri juga memengaruhi pergerakan IHSG.

Tiga capres yang akan maju pada Pilpres 2024, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, telah mengumumkan pasangan capres dan cawapres mereka. Proses pendaftaran capres-cawapres Pemilu 2024 akan berlangsung selama seminggu, mulai dari 19 Oktober hingga 25 Oktober.

Selain itu, kekhawatiran tentang konflik di Timur Tengah yang meluas dan era suku bunga tinggi di AS yang diperkirakan akan berlangsung lebih lama dari sebelumnya juga memengaruhi pasar. Investor cenderung mengamati perkembangan konflik di Timur Tengah, yang telah menyebabkan ketidakpastian dan penurunan aset berisiko.

Saat ini, fokus utama adalah pada bantuan kemanusiaan dan pembebasan sandera di Timur Tengah. Hal ini menunjukkan adanya risiko eskalasi lebih lanjut setidaknya untuk saat ini. Dolar AS menguat terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah, akibat meningkatnya ketidakpastian tersebut.

Rupiah ditutup di angka Rp15.930/US$ pada perdagangan terakhir, melemah sebesar 0,38% dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada Jumat (20/10/2023) yang berada di angka Rp15.870/US$.

Selain itu, imbal hasil SBN melonjak ke 7,26% pada perdagangan kemarin, mencapai rekor tertinggi dalam 11 bulan terakhir. Lonjakan ini terjadi karena banyak SBN yang dijual oleh investor, sehingga harga turun dan imbal hasil naik.

Dalam bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street ditutup dengan hasil yang beragam pada perdagangan Senin yang ditutup pada Selasa dini hari waktu Indonesia. Indeks saham Wall Street mengalami pergerakan beragam, terutama karena investor sedang memantau laporan pendapatan perusahaan teknologi besar yang akan segera dirilis.

Nasdaq Composite yang berfokus pada teknologi menguat karena investor membeli saham sektor teknologi ini dengan harapan hasil pendapatan besar akan segera hadir.

Situasi ekonomi saat ini memunculkan ketidakpastian, dan investor berada dalam mode “wait and see” terhadap kondisi ekonomi global dan politik nasional. Derasnya arus dana asing yang keluar juga menjadi faktor yang memengaruhi pasar keuangan Indonesia.

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sedang merencanakan paket kebijakan untuk merespons situasi perekonomian terkini, yang dipengaruhi oleh kondisi global yang semakin memburuk. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memanggil KSSK untuk membahas perkembangan ekonomi global dan pelemahan rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.

KSSK akan terus mengawasi perkembangan ekonomi dan keuangan, serta berusaha mengkoordinasikan kebijakan moneter dan fiskal untuk menghadapi dampak dari situasi global, termasuk kenaikan suku bunga AS.

Kita juga akan menantikan data pertumbuhan ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini, karena hal ini dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Tingkat pertumbuhan ekonomi AS akan mempengaruhi pasar global, dan AS memiliki peran penting dalam perekonomian dunia. Pelaku pasar akan memperhatikan data tersebut untuk mengukur dampaknya pada pasar keuangan. – PT KP Press

Sumber : cnbcindonesia.com