Penguatan Harga Batu Bara Terus Berkembang: Perancis Kembali Menggunakan Bahan Bakar Fosil

PT KP Press – Harga batu bara kembali merangkak naik dalam zona penguatan yang menggembirakan. Sentimen positif mewarnai pasar pasir hitam, seiring dengan keputusan Perancis untuk menggunakan kembali bahan bakar fosil sebagai langkah mengantisipasi potensi kekurangan pasokan listrik saat musim dingin tiba.

Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Senin (28/8/2023), harga kontrak Oktober batu bara ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 161,55 per ton, mencatat kenaikan sebesar 1,29%.

Penguatan harga pasir hitam ini telah berlangsung selama dua hari berturut-turut, mengikuti rangkaian penguatan selama 12 hari perdagangan yang baru-baru ini terhenti. Kenaikan kali ini berhasil mengangkat harga di atas level psikologis US$ 160.

Sebelumnya, harga batu bara mencatat prestasi luar biasa dengan mengalami penguatan selama 12 hari berturut-turut, mencetak rekor terpanjang sejak Desember 2009.

Rekor ini merupakan pencapaian terbaru setelah 12 tahun lamanya, dan hanya pernah terjadi sebelumnya pada akhir Desember 2010. Bahkan pada tahun 2022, saat harga batu bara mengalami lonjakan besar, penguatan sepanjang 12 hari tidak pernah tercapai. Rekor penguatan terpanjang pada saat itu hanya bertahan selama sepuluh hari berturut-turut.

Penguatan harga batu bara ini secara signifikan didorong oleh berita dari Perancis, yang mengizinkan penggunaan kembali pembangkit listrik batu bara. Keputusan ini diambil menyusul kendala produksi dari perusahaan utilitas besar, Electricite de France (EDF), yang memberikan lebih dari separuh pasokan listrik Perancis. EDF dilaporkan akan menghadapi tantangan dalam menjaga produksi listriknya pada tingkat historisnya menjelang musim dingin, karena masalah korosi tegangan pada reaktor nuklirnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Perancis harus memastikan keamanan pasokan energinya. Sebagai langkah lain, pemerintah Perancis juga telah memperketat persyaratan operasional bagi dua pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) yang tersisa di negara tersebut, dengan mengurangi jumlah jam operasionalnya menjadi 1.800 jam dibandingkan dengan 2.500 jam pada musim dingin tahun lalu.

Perancis, yang sebelumnya mengandalkan pembangkit listrik nuklir untuk memenuhi 70% kebutuhan energinya, telah melakukan pergeseran dalam upayanya untuk menciptakan energi bersih dan mengurangi penggunaan PLTU yang dianggap sebagai salah satu sumber polusi terbesar di dunia. Namun, kebutuhan akan pasokan listrik mengakibatkan Perancis harus kembali mengandalkan pembangkit batu bara dan impor energi dari negara lain.

Di wilayah Asia, pasar spot batu bara termal tengah mengamati permintaan dari India yang berencana untuk memesan kargo-kargo batu bara dalam usaha untuk memulihkan stok mereka pasca musim hujan. Pemulihan permintaan dari India, sebagai salah satu konsumen batu bara terbesar di dunia, diharapkan memberikan sentimen positif bagi pasar.

Sementara itu, S&P Global memprediksi bahwa pelemahan yuan dapat mendorong Tiongkok menjauh dari pasar batu bara global, karena biaya impor yang semakin mahal. Hal ini diperkirakan dapat menekan harga batu bara. Tiongkok, sebagai konsumen terbesar kedua batu bara di dunia setelah Amerika Serikat, mungkin akan mengurangi impornya.

Di tengah ketidakpastian dalam negosiasi pemogokan serikat pekerja di Chevron, kekhawatiran tentang pasokan energi dari gas alam Eropa dan substitusi batu bara masih menjadi perhatian. Namun, blok Woodside Energy berhasil menghindari pemogokan dalam proyek LNG unggulannya.

Pasar pun merespons dengan hati-hati terhadap situasi di blok Chevron, dengan spekulasi tentang pembelian guna menjamin pasokan. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) mendekati level psikologis EUR 40 per Mega-Watt hour MWh, mencatat kenaikan sebesar 10,46% menjadi 38,41 euro per MWh. – PT KP Press

Sumber : cnbcindonesia.com